Biar Tidak Longsor, Begini Cara Menanam Sawit di Lahan Miring
Kita tentu sudah sering mendengar tanaman sawit tumbuh subur di lahan datar seperti yang ada di Riau, Kalimantan Barat, Sumatera Utara, Kalimantan Tengah dan di wilayah lainnya.
Kita tentu sudah sering mendengar tanaman sawit tumbuh subur di lahan datar seperti yang ada di Riau, Kalimantan Barat, Sumatera Utara, Kalimantan Tengah dan di wilayah lainnya. Namun apa jadinya jika sawit di tanam di atas lahan miring yang curam dan berbukit? Sebagian dari kita mungkin menganggapnya sebagai pekerjaan yang beresiko atau mustahil dilakukan karena memiliki dampak tinggi seperti erosi hingga tanah longsor. Belum ketika berbicara soal bagaimana cara perawatan sampai buah dapat dipanen.
Tapi jika mengetahui langkahnya tentu menanam sawit di lahan miring tentu tidak lagi menjadi hal yang mustahil. Terutama bagi mereka yang memiliki lahan tidur selama puluhan tahun. Sebelum lebih jauh ada syarat yang harus dipenuhi termasuk melakukan beberapa perhitungan sederhana, terutama terkait letak media tanam pada bidang yang miring.
A. Persiapan Sebelum Menanam Sawit
Sebelum masuk ke pembahasan inti, ada baiknya kita mengetahui persiapan apa saja yang harus dilakukan sebelum menanam sawit di lahan miring. Beberapa caranya seperti mengenal karakteristik cuaca, mengenal media tanam dan pembibitan.
1. Mengenal Karakteristik Cuaca
Agar dapat tumbuh subur, sawit membutuhkan sinar matahari langsung minimal 5-7 jam / hari. Sinar matahari dibutuhkan sebagai sumber energi untuk melakukan proses fotosintesis atau proses memberikan makanan ke diri sendiri dengan cara menghasilkan gula dari air dan karbon dioksida di udara. Untuk memastikan hal ini kita hanya membutuhkan pantauan langsung dengan mata dan indera peraba, lalu mencatatnya.
Hal berikut yang harus dipenuhi untuk menanam sawit di lahan miring adalah kecepatan angin saat melintasi area perkebunan. Setidaknya, tanaman sawit membutuhkan kecepatan angin antara 5-6 km/jam. Untuk dapat mengukurnya, gunakan alat ukur yang bernama anemometer kincir, tersedia melimpah di marketplace dengan harga yang cukup bersahabat, dijual mulai dari harga Rp128.000-Rp4.700.000.
Cara kerja alat ini dengan memanfaatkan putaran pada baling-baling yang ada di anemometer saat angin melintas. Untuk diketahui, angin dibutuhkan tanaman sawit untuk membantu proses penyerbukan. Selain menggunakan angin, penyerbukan sawit juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan keberadaan kumbang hingga penyerbukan buatan atau polinasi buatan.
Poin selanjutnya adalah sawit baru dapat berbuah maksimal jika barada di daerah yang memiliki ketinggian 1.500 mdpl. Namun ada juga di beberapa wilayah Indonesia, tanaman sawit akan berbuah maksimal jika ditanam di ketinggian 500 mdpl. Cara mengetahui ketinggian dengan menggunakan GPS Geodetik atau GPS Pemetaan. Untuk mendapatkan hasil maksimal gunakan GPS Geodetik karena banyak kelebihan, seperti:
Menghasilkan tingkat, keautentikan, ketelitian data yang tinggi
Tingkat akurasi mulai dari 5 sampai 10 mm
Dapat bekerja di segala musim
Dapat mengorbit maksimal hingga ketinggian 20.000.000 mdpl
Hanya saja harga GPS ini di pasaran terbilang tinggi, bisa mencapai Rp100.000.000. Jika tak memiliki budget sebanyak itu, kita masih bisa menggunakan GPS Pemetaan atau jam tangan yang sudah disamatkan alat pengukur ketinggian. Syarat terakhir adalah, wilayah penanaman harus bisa menyerap curah hujan antara 1.500 sampai 4.000 mm per tahun dengan suhu lingkungan 24 sampai 28 derajat celcius. Jika lebih, dikhawatirkan mengganggu proses penyerbukan seperti aborsi bunga jantan dan betina.
2. Media Tanam
Meskipun dapat hidup di daerah bergambut, nyatanya pohon sawit tumbuh maksimal di tanah yang mengandung lempung ber pH 4-6 yang tidak berbatu dengan aerasi yang baik dan subur, memiliki drainase yang baik, permukaan digenangi air dan memiliki kedalaman solum sekitar 80 cm. Sebaiknya hal diatas menjadi perhatian kita sebelum memutuskan menanam sawit demi hasil panen yang melimpah.
B. Menanam Sawit di Lahan Miring
Poin penting menanam sawit di lahan miring adalah keteraturan posisi tanaman dan kerapatan pohon. Hal ini bertujuan memudahkan kita dalam merawat tanaman, melakukan pemanenan, dan upaya agronomis lainnya. Kita ambil contoh pada lahan miring dengan luasan 10 hektare, bergelombang dengan kemiringan tanah 30 derajat.
Dari contoh diatas, tinggal kita buat jalan memotong teras maksimal 150-200 meter. Dari hasil perhitungan ini maka akan ada kerapatan tanam 135,4 pohon per hektare. Beda lagi jika kemiringan rata-rata 20 derajat. Maka kerapatan tanam adalah 136 pohon per hektare. Hal ini karena mengikuti garis kontur dengan teras antara 6-12 meter.
Beda hal jika kita ingin mencari kerapatan pohon tiap hektare. Maka rumusnya adalah areal rata-rata / jumlah tanaman. Contohnya, 10 hektare / 136 = 73,5 meter persegi atau memiliki jarak tanam 8 meter x 9,2 meter (bidang datar).
Rumus diatas berlaku karena area tanam tidak datar, maka dibutuhkan luas tanam 73,5 meter persegi. Perlu diketahui juga, luas area untuk tiap tanaman mendekati bentuk jajaran genjang. Jarak tinggi dapat diartikan sebagai jarak kontur. Sedangkan alas pada jajargenjang adalah jarak antar tanaman di area kontur.
C. Membuat Teras
Karena area yang ditanami sawit ini dalam kondisi miring, langkah selanjutnya menjadikan area tanam dapat berdiri kokoh. Caranya dengan membuat sengkedan (teras), paret beserta salurannya.
Tahap pembuatan teras dimulai dengan mengukur kemiringan rata-rata dalam derajat. Kemudian tarik garis lurus dari tempat rendah ke tinggi dan pasanglah pancang. Lanjutkan dengan meratakan tanah sambil membuat benteng di pinggiran dengan tinggi 10 cm dan lebar 30 cm. Jika jalur bukit memanjang, disarankan menggunakan sistem bersambung.
Sedangkan jika area tidak memanjang, dapat menggunakan sistem tapak kuda dengan cara mengeruk lalu membuat tatakan dengan lebar antara 1 cm - 2 cm. Terakhir, kendalikan laju pertumbuhan gulma atau tanaman penutup pada teras. Harapannya dengan perlakuan ini laju air akan berkurang, dapat menjadi penampung air, hingga sebagai tempat penabur pupuk.
Sedangkan kehadiran gulma tentu saja dapat mengikat tanah dan menahan tanah agar tidak amblas. Jika pertumbuhan lambat, gulma dapat diganti dengan tanaman kacang-kacangan seperti Pueraria Javanica, Calopogonium Caeruleum, Mucuna Bracteata, dan lainnya. Selain mencegah longsor, tanaman ini juga berfungsi untuk meningkatkan kesuburan tanah.
D. Menanam Sawit
Buatlah lubang jauh-jauh hari sebelum waktu penanaman dengan kedalaman 40 cm, ukuran 50 cm x 40 cm. Lalu pisahkan 20 cm tanah pada bagian atas dan bawah, tunggu area hingga memasuki musim penghujan. Hal ini bertujuan agar media tanam memiliki cukup air untuk tumbuh. Poin penting disini adalah berhati-hati ketika melepaskan plastik pembungkus (polybag) saat memasukkan bibit sawit ke dalam tanah.
Setelah bibit masuk, tabur fermentasi Natural Glio di perakaran, lalu timbun dengan tanah bagian atas. Jangan lupa juga siram bibit dengan POC NASA dosis 10 ml / 1 liter air / pohon secara merata.
Bagaimana, tak sesulit seperti yang dibayangkan bukan? Intinya, menanam sawit di lahan miring harus mengikuti keteraturan posisi tanaman dan kerapatan pohon. Perhitungan akan berbeda jika tingkat kemiringan juga tak sama.